PERSEPSI,
SIKAP, DAN PERILAKU
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Persepsi, sikap, prasangka, dan prilaku saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Prasangka adalah
sikap yang terbentuk dan berawal dari persepsi. Jadi, prasangka sangat
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek. Yang selanjutnya akan
mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan berprilaku terhadap sesuatu yang ada
di lingkungannya.
Sikap merupakan aspek
dari persepsi. Sikap terbentuk dari stimuli seseorang yang kemudian
menjadi sebuah persepsi. Sikap ataupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari
dipengaruhi karena adanya persepsi. Stimuli yang diterima oleh tiap individu
tidak selalu sama sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda antar individu.
Itulah sebabnya, sikap setiap orang berbeda-beda.
B. RUMUSAN
MASALAH
Makalah ini
membahas mengenai kaitan persepsi, sikap dan perilaku. Serta tekhnik pengukuran
persepsi, sikap dan perilaku tersebut.
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial
2. Menjelasan
bagaimana kaitan antara persepsi, sikap dan perilaku
3.
Menjelaskan mengenai teknik pengukuran persepsi, sikap dan perilaku
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah
ini adalah:
1.
Agar pembaca dapat memahami kaitan antara persepsi, sikap dan periaku
2. Supaya
pembaca dapat memahami bagaimana teknik pengukuran pada persepsi, sikap dan
perilaku.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KAITAN PERSEPSI, SIKAP DAN PRILAKU
Persepsi, sikap, prasangka, dan prilaku saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Prasangka adalah sikap yang terbentuk
dan berawal dari persepsi. Jadi, prasangka sangat mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap suatu objek. Yang selanjutnya akan mempengaruhi seseorang
dalam bersikap dan berprilaku terhadap sesuatu yang ada di lingkungannya.
·
Hubungan Persepsi dengan Sikap /Perilaku.
Sikap merupakan
aspek dari persepsi. Sikap terbentuk dari stimuli seseorang yang kemudian
menjadi sebuah persepsi. Sikap ataupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari
dipengaruhi karena adanya persepsi. Stimuli yang diterima oleh tiap individu
tidak selalu sama sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda antar individu.
Itulah sebabnya, sikap setiap orang berbeda-beda.
·
Hubungan antara sikap dan perilaku
Sejumlah studi telah gagal dalam memprediksi perilaku terutama
yang terkait dengan sikap seseorang terutama dengan ukuran-ukuran sikap yang
bersifat verbal. (misalnya masalah rasial, atau agama).
Pandangan Tiga Komponen tentang Sikap
Telah banyak penelitian menunjukkan bahwa antara sikap dan perilaku itu tidak
berkorelasi, ataupun bila berkorelasi maka tidak menunjukkan arah yang hubungan
kausalitas. Sebagai penyebabnya karena sikap itu memiliki tiga
komponen. Menurut pandangan ini, (Rosenberg & Hovland, 1960) sikap itu
merupakan predisposisi untuk merespon sejumlah stimulus dengan sejumlah
tertentu. Ketiga respon tersebut antara lain afektif (perasaan evaluatif
dan preferensi) kognitif (opini dan belief), dan behavioral atau konasi (over
acion dan pernyataan tentang kecenderungan).
Dari penjelasan di atas tampak bahwa konsep sikap lebih
dipandang sebagai intervening variabel (variabel antara) antara stimulus yang
dapat diobservasi dengan respolasan yang terobservasi. Sikap menurut pandangan
ini bukanlah konstruk yang menggambarkan hubungan antara stimulus-respon. Sikap
bukan pula merupakan interpretasi individu tentang stimulus yang dialami. Sikap
lebih dipandang sebagai situasi yang ambigius dalam ikatan antara akibat
(effect) dan penyebab (cause) dari suatu peristiwa yang observabel.
Bagian yang paling ambigius dalam siagram itu adalah tanda panah antara sikap
dengan tiga unsurnya. Karena dalam diagram itu sikap dapat menyebabkan afektif,
kognitif, dan konasi tertentu. Dan antara ketiganya dipisahkan satu per satu.
B. TEKNIK PENGUKURAN PERSEPSI,
SIKAP DAN PRILAKU
·
PENGUKURAN PERSEPSI
Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur
sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstraks, tetapi secara ilmiah sikap
dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam
sistem angka. Dua metode pengukuran sikap terdiri dari metode self report dan
pengukuran involuntary behavior.
Self Report merupakan suatu metode dimana
jawaban yang diberikan dapat menjadi indikator sikap seseorang. Namun
kelemahannya adalah bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan makan
tidak dapat mengetahui pendapat atau sikapnya. Sedangkan pengukuran involuntary
nehaviour dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden,
dalam banyak situasi akurasi pengukuran sikap dipengaruhi kerelaan responden.
Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis
tanpa disadari oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan
sikap/persepsi individu mulai dari facial reaction, voice tones, body gesture,
keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung dan beberapa aspek fisiologis yang
lainnya.
Menurut Azwar, 2003 skala sikap disusun untuk
mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju
terhadap suatu obyek sosial. Pernyataan sikap terdiri dari dua macam yaitu
pernyataan favorable (mendukung atau memihak) dan unfavorable (tidak
mendukung/tidak memihak) pada obyek sikap.
Skala sikap model likert biasanya terdiri
dari 25-30 pertanyaan sikap. Sebagaian bersifat favourable dan sebagaian
bersifat unfavourable yang sudah terpilih berdasarkan kualitas isi dan analisis
statistika terhadap kemampuan pertanyaan itu dan mengungkap sikap kelompok. Subyek
memberi respon dengan 5kategori kesetujuan yaitu :
Sangat tidak setuju (STS)
Tidak setuju (TS)
Ragu-ragu/Netral (N)
Setuju (S)
Sangat setuju (SS)
Kriteria
pengukuran persepsi yakni :
1.
Persepsi positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner >
T mean.
2.
Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner <
T mean.
Ada
sejumlah kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam mempersepsikan suatu
stimulus/objek tertentu.
Kesalahan persepsi tersebut
antara lain :
a). Stereotyping
Adalah
mengkategorikan atau menilai seseorang hany atas dasar satu atau beberapa sifat
dari kelompoknya. Stereotip seringkali didasarkan atas jenis kelamin,
keturunan, umur, agama, kebangsaan, kedudukan atau jabatan.
b). Hallo effect
Adalah
kecenderungan menilai seseorang hanya atas dasar salah satu sifatnya. Misalnya
anak yang lincah/banyak bermain dianggap lebih mudah terkena penyakit daripada
anak yang lebih banyak diam atau santai. Padahal tidak ada hubungannya antara
kelincahan dengan suatu penyakit.
c). Projection
Merupakan kecenderungan
seseorang untuk menilai orang lain atas dasar perasaan atau sifatnya. Oleh
karenanya projection berfungsi sebagai suatu mekanisme pertahanan dari konsep
diri seseorang sehingga lebih mampu menghadapi yang dilihatnya tidak wajar (
Azzahy, 2008 ).
· ertakan. Untuk mengatasi
hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain.
Masing-masing responden diminta melakukan egreement atau disegreemenn-nya untuk
masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat seuju,
Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju). Semua aitem yang
favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju
nilainya 5 sedangkan untuk yang Sangat Tidak setuju nilainya 1.
Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorabel nilai skala Sangat Setuju adalah
1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya
skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala
interval sama (equal-interval scale).
ü Unobstrusive
Measures.
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat
mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam
pertanyaan.
ü Multidimensional
Scaling.
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila
dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun
demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai
stabilitas struktur dimensinal kurang valid terutama apbila diterapkan pada
lain orang, lain isu, dan lain skala aitem.
· PENGUKURAN
PRILAKU
Teknik
skala yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku adalah dengan menggunakan
teknik skala Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan
konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari
pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak
setuju, benar dan salah. Skala guttman ini pada umumnya dibuat seperti cheklist
dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah
nilainya 0 dan analisanya dapat dilakukan seperti skala likert (Alimul hidayat,
aziz. 2007:103).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sikap merupakan aspek
dari persepsi. Sikap terbentuk dari stimuli seseorang yang kemudian
menjadi sebuah persepsi. Sikap ataupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari
dipengaruhi karena adanya persepsi. Stimuli yang diterima oleh tiap individu
tidak selalu sama sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda antar individu.
Itulah sebabnya, sikap setiap orang berbeda-beda.
Mengukur persepsi
hampir sama dengan mengukur sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstraks,
tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap
obyek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap terdiri
dari metode self report dan pengukuran involuntary behavior.
Salah satu problem metodologi dasar dalam
psikologi ssial adalah bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik
pengukuran sikap: antara lain: Skala Thrustone, Likert, Unobstrusive Measures,
Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.
Teknik skala yang dapat digunakan untuk mengukur
perilaku adalah dengan menggunakan teknik skala Guttman. Skala ini merupakan
skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas
seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif,
setuju dan tidak setuju, benar dan salah
B.
SARAN
Dengan
penulisan berikut penyampaian makalah ini, dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan tentang kaitan antara persepsi, sikap dan perilaku. Serta teknik
pengukuran persepsi, sikap dan perilaku. Sehingga dapat memahami peserta didik
kita nantinya sebagai seorang pendidik untuk menerapkan pendidikan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifudin. 2010. Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta Pustaka Pelajar
Alimul hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan
Teknik Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta